Jakarta, Beritasatu.com – Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mengatakan, para peserta didik, baik siswa maupun mahasiswa pendidikan vokasi selama masa studinya harus berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Tujuannya untuk mendapatkan pengalaman dan merasakan kultur dari DUDI dan dunia kerja sehingga saat lulus nanti mereka akan menjadi sumber daya manusia (SDM) yang terampil, siap kerja, serta memenuhi kebutuhan dari industri.
Menurut Wikan, kolaborasi dengan DUDI menjadi salah satu ciri khas dari pendidikan vokasi melalui kemitraan, baik pada proses pembelajaran, pengembangan, penguatan SDM hingga perekrutan lulusan vokasi.
“Kalau bicara hard skills, lulusan vokasi sudah cukup kompeten dan menguasai. Namun yang perlu untuk ditingkatkan adalah soft skills, meliputi kemampuan berkomunikasi, team work, leadership, integritas, kemandirian, dan karakternya. Justru ini yang lebih banyak dibutuhkan DUDI dan dunia kerja,” kata Wikan pada Webinar dengan tema “Peran Strategis Industri dalam Pembangunan SDM Vokasi” Selasa (24/11/2021).
Berdasarkan keterangan pers diterima Beritasatu.com, Rabu (24/11/2021), Wikan menuturkan, SDM vokasi yang unggul ini akan berpotensi menjadi pendongkrak peningkatan ekonomi nasional dan daya saing bangsa. Untuk itu, salah satu komitmen dari pemerintah ialah mewujudkan link and match.
Wikan menyebut, project based learning (PBL) yang riil menjadi salah satu model pembelajaran yang harus diterapkan di seluruh satuan pendidikan vokasi di Tanah Air.
“Pelaksanaan PBL belum terlalu kuat walaupun sudah ada. PBL bukan sekadar melakukan project lalu selesai, tetapi PBL yang riil ini adalah yang berdasarkan pada pesanan industri yang benar-benar dibutuhkan,” tuturnya.
Menurut Wikan, selama ini kemitraan antara pendidikan vokasi dengan DUDI sudah terjalin cukup baik. Para pelaku DUDI konsisten bekerja sama dengan pendidikan vokasi dalam proses pembelajaran, namun belum semuanya bersifat mutual benefit dan berkelanjutan. Sementara pendidikan vokasi berharap lulusannya dapat segera terserap.
“Industri itu diajak menyusun kurikulum bersama, mengajar bersama, melaksanakan PBL yang riil, merancang magang bersama, menyusun sertifikasi kompetensi yang disepakati bersama. Baru jika sudah dilakukan, kita bisa menawarkan industri untuk menyerap lulusan. Jadi tidak bisa dipaksa, ketika merekrut pun mereka harus melakukan seleksi dahulu,” ucpanya.
Sementara itu Direktur Perencanaan dan Pelayanan Pusat Studi Apindo, Soeprayitno mengutarakan pandangannya mengenai kemitraan DUDI dengan pendidik vokasi dari kacamata industri. Ia membagi link and match vokasi dengan DUDI menjadi tiga bagian.
Pertama adalah business matching, yaitu misalnya memindahkan sebagian proses bisnis ke Politeknik. “Ini tentu bagi kami keuntungannya lebih murah, bahkan bagi pendidikan vokasi bisa dijadikan sebagai teaching factory tetapi memang tidak semua satuan pendidikan vokasi siap melakukan ini,” terang Soeprayitno.
Kedua, talent matching yang sasarannya adalah penyiapan SDM bagi DUDI dan ketiga adalah social matching.
Soeprayitno juga membahas mengenai tantangan pendidikan vokasi terhadap perubahan yang cepat dan dinamis dari DUDI. Dia mengungkapkan, SDM vokasi harus mampu mengejar dan memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan industri.
Untuk itu, perekrutan seleksi menjadi tahapan yang penting, tidak semata-mata adanya kerja sama lulusan dari satuan pendidikan vokasi langsung terserap.
“Bagi kami industri, memiliki etos kerja itu sangat penting. Jadi jangan hanya kompeten tetapi juga harus berkualitas dan memenuhi syarat, qualified,” tegasnya.
Sumber asli: https://www.beritasatu.com/nasional/858223/siswa-sekolah-vokasi-diminta-bekerja-sama-dengan-dunia-usaha