Jl. Bukit Darmo Raya No 1, Graha Famili Surabaya
+62 (31) 7349231
kadinjatim.sekretariat@gmail.com

Industri Dilibatkan Keseluruhan Proses Pendidikan Vokasi

Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan melibatkan kalangan industri dalam keseluruhan proses pembelajaran di pendidikan vokasi, baik di tingkat menengah (SMK) maupun pendidikan tinggi. Salah satunya, industri dilibatkan dalam penyusunan kurikulum.

Upaya tersebut, merupakan bagian dari kebijakan Ditjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud untuk mewujudkan konsep link and match. Langkah terobosan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, terutama meningkatkan kompetensi lulusannya, sehingga sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja baik di dalam maupun luar negeri.

“Selama ini program pendidikan vokasi tidak menjadi pilihan utama. Orang tidak diterima di SMA umum atau universitas, baru lari ke pendidikan vokasi. Kita berusaha mengubah ekosistem pendidikan vokasi, agar menarik bagi calon siswa dan mahasiswa, dan lebih dari itu bagaimana agar lulusannya memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan industri, baik saat ini maupun masa depan,” ungkap Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto, kepada Beritasatu.com, Kamis (25/6) malam.

Wikan menjelaskan, kebijakan strategis yang ditempuhnya adalah melibatkan secara lebih intensif sektor industri, sehingga konsep link and match bisa diimplementasikan sepenuhnya. Link and match adalah program untuk menciptakan relevansi pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri. Dia menyebut program pelibatan industri dalam pendidikan vokasi ini sebagai “pernikahan massal”.

“Saya tidak membuat program baru. Saya tetap fokus pada link and match sebagai strategi utama. Caranya, mendorong agar SMK, kampus-kampus vokasi, dan lembaga kursus, ‘menikah massal’ dengan sebanyak-banyaknya sektor industri,” jelas Wikan, yang baru dilantik menjadi dirjen pertengahan Mei lalu.

Wikan menilai, perlibatan sektor industri dalam pendidikan vokasi di Tanah Air sebenarnya sudah lama dilakukan. “Sayangnya, pelibatan itu banyak yang berhenti pada penandatanganan MoU (nota kesepahaman),” ujarnya.

Menurutnya, pendidikan vokasi di Tanah Air selama ini sulit meningkat lantaran ada kesalahan dalam mendeteksi kebutuhan industri dan dunia kerja. “Oleh karenanya, industri harus terlibat dalam penyusunan kurikulum. Dengan demikian, kurikulum benar-benar mencakup kompetensi lulusan seperti apa yang dikehendaki dunia kerja saat ini, dan kompetensi seperti apa untuk masa depan,” jelasnya.

Selain terlibat dalam penyusunan kurikulum, SMK maupun perguruan tinggi vokasi wajib memiliki guru dan dosen tamu dari kalangan industri. “Mereka statusnya guru atau dosen tamu tetap dan wajib mengajar minimal 50 jam per semester per prodi (program studi). Untuk melengkapi pengetahuan dan pengalaman siswa, program magang juga harus diintensifkan,” ungkapnya.

Untuk itu, dalam waktu dekat akan ditandatangani MoU dengan kalangan insutri, seperti Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan BUMN.

Wikan berharap, stigma rendah yang diberikan masyarakat terhadap pendidikan vokasi bisa berubah seiring dengan perubahan pola pendidikan yang dirintisnya. “Selama ini ada stigma lulusan SMK hanya menjadi tukang, akibatnya tidak dihargai oleh industri. Nantinya, kalau output-nya oke, industri tentu harus memberi penghargaan,” katanya.

Menurutnya, dengan melibatkan kalangan industri dalam proses pendidikan vokasi, diharapkan industri kelak memiliki kewajiban moral untuk menerima lulusan SMK maupun kampus vokasi bekerja. “Dengan cara ini industri memperoleh kesempatan untuk mencari siswa-siswa terbaik, untuk nantinya mereka rekrut. Ke depan, mereka juga kita dorong untuk memberi penghargaan tinggi kepada lulusan vokasi. Dengan demikian, ekosistem pendidikan vokasi bisa kita benahi dan kita tingkatkan,” ujar Wikan.

Dia mengungkapkan, program “menikah massal” untuk pendidikan tinggai vokasi sudah diluncurkan dua pekan lalu. “Ternyata sudah ada 250 prodi yang sudah memiliki calon mitra dari kalangan industri. Jadi tahun ini kita fokus sekolah-sekolah vokasi mencari mitra, dan tahun depan kita harapkan kurikulum sudah selesai,” ujarnya.

Sumber:BeritaSatu.com

Leave a Reply