Jl. Bukit Darmo Raya No 1, Graha Famili Surabaya
+62 (31) 7349231
kadinjatim.sekretariat@gmail.com

Lulusan Pendidikan Vokasi Dibutuhkan Dunia Usaha

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Joko Widodo sejak Oktober 2020 telah menyampaikan kerjasama Pemerintah dengan talent global menjadi kunci pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Dengan demikian, pendidikan vokasi melalui kerjasama antara industri dan satuan pendidikan vokasi menjadi kunci untuk memastikan pemenuhan kebutuhan SDM yang berkualitas dan dapat mendukung pembangunan serta pemulihan ekonomi Indonesia.

“Untuk menciptakan generasi yang memiliki produktivitas dan daya saing, pendidikan vokasi memiliki posisi strategis di mana pendidikan vokasi akan mendedikasikan diri untuk memastikan lulusannya memiliki kompetensi sesuai dengan perubahan zaman yang ada di dunia kerja,” ujar Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Saryadi dalam Webinar Kontribusi Dunia Kerja dalam Pembangunan Pendidikan Vokasi, Kamis (13/1).

Pada tahun ini, Direktorat Jendral Pendidikan Vokasi telah menetapkan berbagai kebijakan guna memastikan terwujudnya relevansi yang kuat antara pendidikan vokasi dan dunia usaha dunia industri (DUDI). Adapun salah satunya melalui program SMK Pusat Keunggulan (SMK-PK).

Program SMK-PK merupakan sebuah upaya untuk membangun SMK dengan kualitas dan kinerja optimal. Sehingga menghasilkan lulusan yang diserap dan diapresiasi tinggi oleh dunia kerja dan menjadi mercusuar bagi SMK lainnya melalui proses transformasi. Adapun program ini berbasis kemitraan dan penyelarasan dengan dunia kerja.

Program SMK-PK memiliki lima tujuan, pertama, membangun kolaborasi antara SMK dengan dunia kerja. Kedua, untuk memperkuat kompetensi, baik dari soft skill maupun hasil, serta memperkuat karakter sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Ketiga menghasilkan lulusan SMK yang terserap dan diapresiasi dengan baik oleh dunia kerja, keempat untuk membangun atau membentuk SDM vokasi yang siap bekerja ataupun melanjutkan studi maupun berwirausaha, dan kelima untuk menciptakan SDM unggul agar dapat memberikan dampak positif bagi pemerintah maupun bagi industri.

Industri sendiri mendukung program pendidikan vokasi yang dijalankan pemerintah. Banyak perusahaan industrial yang memiliki program sekolah vokasi untuk mendorong pembentukan SDM yang terampil dan unggul.

Presiden Direktur PT Komatsu Indonesia, Pratjojo Dewo menuturkan bahwa misi perusahaan salah satunya membangun SDM yang memiliki motivasi tinggi dan unggul sehingga memiliki nilai bagi bangsa dan semua pemangku kepentingan. Oleh sebab itu, perusahaan yang bergerak pada bidang alat berat ini menitikberatkan pada link and match guna mempertemukan gap antara kompetensi yang dibutuhkan industri dan lulusan SMK.

Perusahaan memulai pada 2017 dengan membina lima sekolah. Sampai saat ini, Komatsu Indonesia telah membina 41 sekolah, baik dari Pulau Jawa sampai luar Pulau Jawa melalui Kelas Komatsu. “Hasilnya dari sekolah-sekolah yang dibina, sebanyak 75% lulusan kami serap dan sisanya karena memang rekrutmen kami juga tidak bisa dalam waktu yang sama sudah diambil oleh industri lain,” ujarnya.

Tak berhenti di sana, awal bulan ini Komatsu Indonesia juga telah melakukan penandatangan MOU untuk perluasan dari program link and match. Pratjojo bilang bahwa untuk luar Pulau Jawa selama ini baru dari NTB, tetapi sekarang ditambah lagi satu dari Lampung dan satu di Sumatera Utara.

“Tahun ini, kita akan mencoba untuk lebih luas lagi dan targetnya setidaknya dari satu pulau besar paling tidak ada wakil SMK yang kami bina, khususnya di tempat-tempat di mana operasi alat berat berada,” tuturnya.

General Manager PT Bukit Makmur Mandiri Utama Tbk, Kristianto menuturkan bahwa dalam mendukung program pemerintah, pihaknya juga mendorong kelas industri dengan berfokus pada kompetensi dan layanan produk. Dalam proses belajarnya, Bukit Makmur Mandiri Utama mengasah soft skill dan hard skill dari sekolah-sekolah SMK yang dibinanya.

“Kami mengampu 19 sekolah dari Lampung, Jawa kemudian Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Berau dan Sulawesi. Dari sana, kami telah meluluskan 1.577 siswa yang mana 76% telah tersertifikasi baik dari industri maupun sertifikasi yang telah diakui nasional,” jelasnya.

Lanjutnya, sebanyak 73% terserap sebagai employee baik di perusahaannya maupun di tempat lain. Lalu 5% memilih belajar sebagai wirausaha. Kemudian, 20% melanjutkan ke bangku kuliah.

Kristianto menambahkan, saat ini kelas industrinya juga sedang bertransformasi jauh lebih besar sejalan dengan dampak sosial dan lingkungan. Diharapkan dengan begitu akan memberikan dampak seluruh Indonesia yang tentunya perlu proses dan waktu. Hasilnya dari kolaborasi beberapa SMK yang dibinanya telah menghasilkan produk.

Contohnya, seperti SMK Warga Solo yang mampu menghasilkan palu yang mana telah dibeli sebanyak 800 buah oleh perusahaan digunakan untuk operasional di lapangan. Lalu dari SMK 2 Cimahi membuat mikro controller yang peruntukannya untuk perlindungan lingkungan, utamanya di reduksi emisi.

“Selama riset 2 tahun menghasilkan hasil yang valid dan saat ini masuk produksi massal dan kami telah membeli sekitar 50 buah dan akan meningkat ke 100 perangkat alat ini,” ungkapnya.

Direktur Program Djarum Foundation, Primadi H Serad menyampaikan bahwa sejak 2011 telah membina 16 SMK di Kabupaten Kudus yang menghasilkan 4.800 lulusan setiap tahun. Adapun tujuan vokasi yang diberikan untuk  memastikan bahwa SMK binaannya ini memiliki tingkat kebekerjaan di atas 85% dan memperoleh pendapatan di atas UMR.

“Kami juga ingin turut serta untuk mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia dengan cara memastikan bahwa lulusan vokasi lulusan SMK yang ada di Indonesia itu bisa bekerja semua,” tegasnya.

Lebih jauh, dalam pemilihan sekolah binaan pihaknya juga memastikan evaluasi SDM sekolah menjadi salah satu poin penting. Sebab dengan begitu, visi dan tujuan vokasi yang diberikan dapat optimal.

Selain itu, peran teaching factory juga memiliki peran penting dalam sekolah vokasi. Sebab banyak melakukan project based learning. “Sehingga butuh teaching factory yang berjalan dengan baik dan tidak lupa kami turut memastikan lulusannya dapat diserap pasar,” imbuhnya.

Melaui teaching factory itu juga dapat memberikan dampak positif untuk sekolah, yakni memiliki pendapatan tambahan. “Suatu seolah itu per bulan untuk bisa mendapatkan pemasukan dari teaching factory itu setengah miliar, sehingga itu bisa dipakai untuk untuk membayar guru, bisa untuk beli software, dan lainnya,” katanya.

Djarum Group Foundation berfokus pada keahlian mulai dari bidang teknik, bidang maritim, bidang hospitality, health care, dan agroindustri. Primadi juga melihat bahwa sektor industri kreatif belakangan ini pertumbuhan permintaannya meningkat pesat seperti fashion, animasi, gim, desain grafik, dan furniture.

Tak lupa, Primadi menegaskan bahwa dalam sekolah vokasi sangat penting untuk penyelarasan kurikulum sehingga lulusan SMK bisa berkompetisi di dunia kerja, baik sebagai pekerja atau wirausaha. Hal itu belajar dari pengalaman yang telah dilakukannya.

Sebelumnya, kurikulum di sektor fashion lebih banyak fokus menjahit sehingga lulusannya memiliki peluang yang terbatas. Padahal, tidak semua memiliki passion menjahit, banyak anak memiliki kegemaran lebih pada desain atau merancang gambarnya, sehingga kurikulum ditambahkan yang memberi dampak lulusannya bisa menjahit dan juga sebagai fashion designer.

Terakhir, Djarum Group Foundation juga menitikberatkan pada evaluasi. Dengan begitu, dapat diketahui hal-hal yang terus dapat dikembangkan. Adapun hal-hal yang dievalusi termasuk berapa lama mendapatkan pekerjaan dan juga median dari penghasilan yang didapatkan siswanya.

Sumber asli: https://industri.kontan.co.id/news/lulusan-pendidikan-vokasi-dibutuhkan-dunia-usaha

Leave a Reply