Hadirnya Perpres No.68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi menjadi momentum dan angin segar bagi terus bangkit dan bergairahnya perkembangan Vokasional di Indonesia. Karna itu ekosistem vokasi di Indonesia harus terus tumbuh, bergerak, dan berkembang dan perlu upaya terus-menerus dari smua pihak untuk memajukan ekosistem vokasi di Indonesia. Paling tidak diperlukan upaya bersama untuk melakukan 3R (Revitalisasi Reposisi Repromosi) bagi program Vokasi.
REVITALISASI VOKASI
Bonus Demografi yang segera terjadi di Indonesia menuntut terjadinya peningkatan daya saing khususnya bagi Sumber Daya Manusia Indonesia. Karna itulah menjadi priotitas dilakukannya revitalisasi vokasional khususnya untuk bisa menyiapkan tenaga kerja yang berdaya saing, trampil, bermutu, dan bisa memenuhi tuntutan DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) ke depan. Karna itu revitalisasi pendidikan vokasi diproyeksikan untuk bisa menyiapkan tambahan 58 juta tenaga kerja dengan ketrampilan abad ke-21 hingga kurun waktu 15 tahun mendatang. Dimana goal Indonesia bisa menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomer 7 dunia pada tahun 2030.
Melalui Inpres No. 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK, sangat jelas tujuannya adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia lulusan SMK. Mandat Inpres ini tidak hanya bagi Kemendikbud tapi juga bagi 11 Kementrian lainnya, BNSP, dan 34 Gubernur.
Dalam Inpres No. 9 Tahun 2016 sangat jelas mandat revitalisasi pendidikan vokasi berkaitan dengan membuat peta jalan pengembangan SMK, menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK (link and match), meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK, meningkatkan kerjasama dengan Kementrian, Lembaga, Pemda dan DUDI, meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK, membentuk kelompok kerja pengembangan SMK.
Selain revitalisasi SMK, kemendikbud juga melakukan revitalisasi lembaga kursus dan ketrampilan dengan berbagai program seperti program pendidikan kecapakan kerja dan pendidikan kecakapan wirausaha, penguatan infrastruktur, dan kompetensi instruktur. Juga dilakukan revitalisasi pendidikan vokasi di satuan pendidikan khusus bagi penyandang disabilitas/difable dengan adanya program layanan pendidikan berorientasi ketrampilan/vokasi. Selain Kemendikbud, Kemenperin juga melakukan dukungan program revitalisasi pendidikan vokasi melalui program SMK industrinya dan prog link and matchnya.
Lalu bagaimana dengan perkembangan pelatihan vokasi di Perusahaan/DUDI? Dengan momentum Perpres No.68 Tahun 2022 sangat jelas bahwa DUDI yang direpresentasi oleh KADIN, memiliki peran dan tanggungjawab yang penting bersama Pemerintah untuk melakukan revitalisasi pelatihan vokasi di DUDI. Hal ini makin memberikan dukungan kuat bagi program yang sudah berjalan selama ini di dalam pelatihan vokasi.
Kita bisa melihat saat ini program seperti Pelatihan Pelatih Tempat Kerja, Mentor Pemagangan sudah mulai dikenal dan dilakukan oleh DUDI. Program PKL/Prakerin, Pemagangan di DUDI juga sudah tidak bisa hanya menjadi program ‘tempelan’ saja.. Bahkan kesadaran banyak perusahaan mengembangkan training centre di dalam perusahaan mereka menunjukkan bahwa melalui jalan vokasilah pilihan terbaik bagi perusahaan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang diinginkan.
Upaya melakukan revitalisasi pelatihan vokasi di DUDI juga ditunjukkan dengan adanya keseriusan ekosistem vokasi di Indonesia khususnya DUDI melakukan kerjasama dengan pihak lain/luar seperti dengan IHK Trier Jerman dan pihak lainnya.
Komitmen untuk mendukung revitalisasi pelatihan vokasi juga terjadi di pemerintah. Seperti program penumbuhan BLK Komunitas dan revitalisasi BLK yang dilakukan oleh Kemnaker. Program 3 in 1 yang dilakukan Kemenperin melalui Balai Diklat Industri (BDI) di berbagai propinsi. Dan tentunya di kementrian lain yang langsung bersinggungan dengan hilirisasi/DUDI juga merespon dengan membuat program pelatihan vokasional yang sesuai.
REPOSISI VOKASI
Yang juga dibutuhkan bagi pendidikan dan pelatihan vokasi adalah upaya reposisi. Di pendidikan vokasi sudah harus melakukan reposisi, dimana SMK sudah tidak jamannya lagi menjadi suppy driven, tetapi SMK harus menjadi market driven. SMK tidak boleh lagi hanya mencetak dan meluluskan siswa, tapi wajib meluluskan siswa yang sesuai dengan kebutuhan ‘pasar’. Pelatihan vokasi tidak bisa lagi menunggu tapi harus aktif dan harus merespon kebutuhan, kondisi, perubahan jaman dan DUDI ke depan.
Selain itu pelatihan vokasi harus berani dan menata ulang metode, pendekatan, cara pembelajaran yang memang dibutuhkan, karna itu model seperti pendidikan sistem ganda, model project based learning bisa menjadi salah satu contoh bagaimana pendidikan vokasi mereposisi kondisinya. BKK (Bursa Kerja Khusus/ PPKS (Pusat Pengembangan Karir Siswa) SMK juga harus mereposisi dirinya sebagai garda terdepan program pendidikan vokasi di SMK yang bisa memberikan masukan kepada SMK bagaimana sebenarnya kebutuhan, kurikulum, kompetansi yang dibutuhkan industri. Dan semua program di SMK seperti teaching factory, kelas industri, business centre juga harus mereposisi fungsi, cara kerja, dan tujuannya untuk bisa menjadi pilar penguatan pendidikan vokasi.
Reposisi juga harus dilakukan dalam program pelatihan vokasi di industri/DUDI. Program PKL/Prakerin, Pemagangan di DUDI juga sudah tidak bisa hanya menjadi program ‘tempelan’ saja, sehingga stigma anak magang/prakerin tugasnya tidak lagi hanya sekedar buat kopi dan fotokopi. Program Pelatihan vokasi di industri/DUDI harus menjadi program utama dan prioritas dalam penyiapan SDM unggul industri.
Karna itu kita bisa melihat sekarang program seperti Pelatih Tempat Kerja, Mentor pemagangan juga sudah menjadi kebutuhan bagi DUDI. Pengelolaan program pemagangan/prakerin tidak lagi hanya sekedar tugas yang ‘dititipkan’ atau program tambahan bagi bidang HRD atau bidang lainnya, tetapi sudah dikelola dengan serius, dan profesional oleh tenaga-tenaga yang kompeten dan tersertifikasi.
REPROMOSI VOKASI
Praktek baik dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi harus bisa dikenalkan, disebarkan, dipromosikan kepada semua pihak (terkait). Apa yang sudah dilakukan di SMK, LPK, LKP, BLK/Komunitas, Sekolah Vokasi, dan DUDI dalam melaksanakan, dan mengembangakn program vokasi harus bisa menjadi virus yang akan menyebar dan akhirnya terwujud ekosistem vokasi yang sesungguhnya, yaitu ekosistem vokasi yang saling melengkapi, menguatkan.
Harus diakui masih banyak juga yang belum tahu/kenal dan paham apa dan bagaimana program pendidikan dan pelatihan vokasi yang semestinya harus dilakukan. Masih juga ada pihak lembaga pendidikan, pemerintah daerah, DUDI, dan pihak lainnya yang masih pesimis,skeptis, dan mungkin apatis pada program vokasi. Karna itu semua pihak di dalam ekosistem vokasi harus aktif melakukan upaya edukasi, sosialisasi, dan promosi tentang vokasi.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bisa memperkuat positioning vokasi yaitu melalui repromosi yang masif untuk program pendidikan dan pelatihan vokasi. Pihak pendidikan dan industri bisa membuat promosi bersama dengan membuat slogan, gerakan vokasi baik secara nasional maupun di daerahnya masing-masing. Pihak media massa dan elektronik juga perlu diajak kerjasama untuk meliput kegiatan-kegiatan vokasi. Perlu juga membuat website, portal vokasi, media sosial tentang pendidikan dan pelatihan vokasi.
Pemerintah di tiap level bisa membuat ILM (iklan layanan masyarakat) tentang vokasi yang kerjasama dengan DUDI. Sudah saatnya dibuat program awarding Vokasi bagi penggiat, sekolah, DUDI yang konsisten dan bisa menjadi contoh baik praktek vokasi di Indonesia. Expo,pameran, gebyar vokasi juga perlu dibuat dan dilakukan secara reguler ditiap level dan wilayah. Dan di era mileneal dan digital saat ini juga sudah saatnya vokasi punya brand ambassador vokasi yang bisa dari tokoh/artis/dan lainnya. Kalau dulu ada Filosopi Kopi dan Film AADC (Ada Apa Dengan Cinta), Dilan yang mengangkat kisah anak muda dan sukses dilihat jutaan penonton, kenapa tidak bisa kita buat film tentang Vokasi?
3R BERKELANJUTAN
Upaya Revitalisasi, Reposisi, Repromosi vokasi adalah sebuah upaya untuk menjaga keberlanjutan program vokasi. Tentunya ini hanya akan menjadi sebuah jargon saja jika tidak melibatkan semua pihak dalam ekosistem vokasi. Perlu keberpihakan dari kita semua untuk melakukan perbaikan terus-menerus dalam memaksimalkan pendidikan dan pelatihan vokasi. Sehingga terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang berdaya saing, kompeten, berkarakter, trampil, dan unggul bisa kita capai.
Penulis:
Rommy Heryanto
Praktisi Vokasi
Ketua Komtap Pelatihan Vokasional Bidang SDM, Vokasiobal, Ketenagakerjaan KADIN DIY