Jl. Bukit Darmo Raya No 1, Graha Famili Surabaya
+62 (31) 7349231
kadinjatim.sekretariat@gmail.com

Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, Beban atau Tanggung Jawab?

oleh: Sunarso HS, Pelatih Vokasi KADIN Indonesia

Pendidikan dan Pelatihan vokasi atau salah satunya dikenal dengan istilah PKL (Praktek Kerja Lapangan), sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk membangun kualitas SDM agar sesuai dengan kebutuhan Dunia usaha dan Dunia industri. Pemerintah juga telah melibatkan KADIN secara langsung melalui Kepres No. 68 Tahun 2022, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi dan kualitas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, sehingga mampu mendorong Kompetensi SDM menyusul negara lain yang telah lebih dulu menerapkan TVET (Technical & Vocational Education & Training).

Paradoks Pelatihan Vokasi

Ada yang berpendapat pelatihan vokasi hanya merepotkan dan menjadi beban perusahaan, dan keberadaan di perusahaan juga diterima dengan berbagai pemahaman. Ada yang hanya sekedar memenuhi kewajiban bahwa perusahaan sudah melaksanakan tanggung jawabnya ikut menyelenggarakan pelatihan vokasi untuk kepentingan pendidikan. Ada yang melaksanakan karena merasa kasihan kepada para siswa yang sudah mencari tempat praktek tetapi belum ada yang menerima mereka. Ada juga karena alasan hubungan baik dengan sekolah.

Paradoks pelatihan vokasi yang hanya merepotkan, menambah beban kerja bagi para pimpinan perusahaan, dan tidak menguntungkan perusahaan, menjadi hal yang nyata di perusahaan yang melaksanakan pelatihan vokasi.

Yang menjadi persoalan adalah tujuan pelatihan vokasi di perusahaan, karena tujuan bisa diartikan sebagai nawaitu atau niat perusahaan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan vokasi di perusahaan. Bila niatnya menolong atau belas kasihan atau sekedar menggugurkan kewajiban, maka apa yang jadi niat tersebut akan didapatkanya. Namun demikian dan lambat laun aktivitas pelatihan vokasi akan dirasakan sangat monoton, membosankan serta nilai tambah terhadap produktivitas perusahaan hampir tidak ada. Dan dengan demikian anggapan pelatihan vokasi hanya merepotkan dan menambah beban perusahaan menjadi benar dan nyata.

Kerugian juga bisa dilihat dari peserta pelatihan atau tenaga muda kita yang terlibat PKL. Mereka juga tidak mendapat apa yang seharusnya mereka inginkan, yaitu kompetensi yang diperlukan untuk sebuah profesi yang mereka miliki, dan ini menjadi efek domino untuk pendidikan dan pelatihan vokasi. Di satu sisi mungkin lebih dari 99% siswa SMK sudah PKL, tapi di sisi lain kualitas lulusan SMK yang tersedia masih belum sesuai harapan pengguna atau Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Pelatihan Vokasi Sebagai Kebutuhan

Hampir tidak ada keinginan atau harapan yang dapat dicapai tanpa usaha, dan biasanya beban usaha linier dengan kualitas dan kuantitas harapan yang ingin didapatkan.

Lalu bagaimana melihat aktivitas pendidikan dan pelatihan vokasi dari sisi perusahaan? Perusahaan harus memulai dari masalah-masalah tentang SDM yang dihadapi sekarang serta prognosa SDM yang diperlukan perusahaan.

Pemikiran yang seharusnya dibangun perusahaan adalah bahwa pelatihan vokasi dilaksanakan untuk mengatasi masalah SDM yang sedang dan akan dihadapi di masa yang akan datang. Jadi pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan kebutuhan perusahaan dalam rangka mengatasi masalah-masalah SDM saat ini dan ke depannya. Hal ini menyebabkan keberadaan pendidikan dan pelatihan vokasi di perusahaan sangat dinamis sesuai dengan masalah dan kebutuhan perusahaan yang terus berubah serta merupakan kebutuhan agar perusahaan bisa tetap hidup bahkan mampu bersaing.

Pendidikan dan pelatihan vokasi adalah strategi perusahaan untuk mempersiapkan tenaga kerja atau SDM yang lebih baik serta sesuai kebutuhan ke depan. Untuk itu perusahaan perlu mempersiapkan pelatihan yang lebih baik dan benar agar pelatihan vokasi dapat memberi manfaat yang lebih besar dalam jangka panjang.

Dengan melihat pelatihan vokasi sebagai kebutuhan untuk memenuhi harapan perusahaan, maka perusahaan perlu melakukan usaha ekstra pada awal aktivitasnya. Hal ini memang beban yang tidak bisa dihindari dalam rangka menggapai tujuan perusahaan yang lebih besar. Beban tersebut sama sekali tidak menjadi rintangan, karena beban bisa diartikan sebagai kesulitan, biaya, usaha perbaikan yang terus menerus, dan ini merupakan bagian dari proses agar perusahaan mempunyai SDM yang kompeten.

Membangun Mindset Pelatihan Vokasi di Perusahaan 

Ada beberapa saran untuk perusahaan agar tidak terjebak dalam pelatihan vokasi konvensional, yang cenderung menganggap pelatihan vokasi (PKL) hanya bagian dari CSR, sekedar menggugurkan kewajiban, menjaga hubungan baik dengan lingkungan atau sekolah atau kasihan kepada mereka (anak didik) yang belum dapat tempat PKL. Saran-saran ini tidak mengesampingkan pendapat tersebut di atas, tetapi untuk memperbaiki, sehingga manfaat pelatihan vokasi akan jauh lebih banyak dibanding biaya yang telah dikeluarkan. Mindset yang perlu dibangun adalah;

  1. Tujuan utama pelatihan vokasi adalah untuk mendapatkan SDM yang sesuai harapan

Tujuan memang bisa lebih dari satu, tetapi ada tujuan utama yang lebih penting dari yang lain. Tujuan utama ini untuk membangun cara berfikir yang benar agar jangan sampai aktivitas berjalan tetapi tujuan utama tidak pernah terwujud.

Untuk itu perusahaan harus mendeskripsikan tenaga terampil seperti apa yang diperlukan nanti dan bagaimana proses pendidikan dan pelatihanya harus dijalankan. Tanpa deskripsi yang benar tentang kompetensi, pelatihan vokasi bisa saja salah arah dan perusahaan tidak mendapatkan apa yang dinginkannya.

  1. Aktivitas kemitraan dengan sekolah untuk memperbaiki kualitas pelatihan

Banyak persepsi yang memandang bahwa kemitraan dengan sekolah hanya sekedar memberi sumbangan, memberikan bantuan yang diperlukan sekolah dan setelah itu selesai, Kemitraan sebaiknya merupakan aktivitas jangka panjang untuk kepentingan kedua belah pihak agar kualitas pendidikan dan pelatihan dapat terus ditingkatkan.

Sebaiknya dalam PKS (Perjanjian Kerja Sama) juga mencantumkan aktivitas dan tujuan bersama serta apa yang ingin dicapai dalam jangka menengah dan jangka panjang. Aktivitas ini merupakan kepentingan bersama dari kedua belah pihak dan perlu diselaraskan dengan kebijakan masing masing.

Selain itu perusahaan juga harus menyadari bahwa tanpa inisiatif, bantuan dan komunikasi yang baik dari pihak perusahaan, maka sekolah juga tidak akan mampu menyamakan harapan dan keinginan perusahaan. Campur tangan ini sangat penting mengingat hasil dari pendidikan di sekolah nantinya akan digunakan oleh perusahaan.

  1. Perbaikan terus menerus untuk meningkatkan manfaat

Dalam pelatihan vokasi perusahaan pasti akan mengeluarkan biaya, tetapi perusahaan juga akan mendapat manfaat selama pelatihan tersebut. Ini adalah manfaat sesaat yang bisa dirasakan selama pelatihan berlangsung.

Disamping manfaat jangka pendek, ada manfaat yang lebih besar yaitu setelah selesai pelatihan yaitu perusahaan mempunyai cadangan SDM yang sesuai dengan kebutuhan. Perusahaan dapat memilih secara langsung di antara cadangan SDM tersebut. Tentu saja kualitas SDM cadangan juga akan sesuai dengan kualitas pelatihan yang telah diselenggarakan. Untuk itu perusahaan perlu melakukan perbaikan dengan para pemangku kepentingan agar kualitas SDM cadangan sesuai dengan harapan perusahaan, sehingga masalah-masalah yang timbul karena ada karyawan baru yang belum kompeten tidak akan dijumpai lagi. (Soen)

Leave a Reply