Ini adalah tulisan pertama untuk seri Sosok, rubrik yang didedikasikan untuk mengangkat profil tokoh yang telah memberikan sumbangsih nyata untuk dunia vokasi di Indonesia.
Dia adalah Petrus Tedja Hapsoro, akrab disapa Petrus oleh rekan sejawatnya. Pria kelahiran Yogyakarta tahun 1968 yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama PT. YPTI (Yogya Presisi Teknikatama Industri) adalah satu sosok yang menaruh perhatian sangat besar terhadap pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
Sebagai lulusan Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta, serta pengalaman profesionalnya di industry teknis dan manufaktur, membuatnya paham benar seluk-beluk vokasi dan ketenagakerjaan.
Kali ini kami berkesempatan berbincang singkat dengan Petrus untuk mengulik lebih jauh peran dan harapannya untuk Pendidikan vokasi di Indonesia.
Anda dikenal sebagai sosok pengusaha yang peduli pada pengembangan kapasitas SDM, utamanya melalui vokasi. Bagaimana kepedulian anda terhadap vokasi bisa tumbuh?
Saya kuliah di sekolah vokasi / Politeknik. Karena sejak kecil saya menyukai bidang praktek, karena bagi saya praktek atau membuat sesuatu itu menyenangkan. Kemudian saat saya memulai usaha tahun 1999, sebagian besar SDM kami dari SMK. Namun karena perusahaan saya di awal masih kecil dan belum mempunyai prospek yang jelas, ini yang menyebabkan saya kesulitan mencari SDM yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Yang saya dapatkan, anak anak SMK yang tidak diterima kerja di mana mana. Dan yang membuat saya prihatin kompetensi anak anak SMK yang kerja di perusahaan saya di bawah standard yang kami butuhkan.
Di sisi lain perusahaan saya belum menarik untuk lulusan SMK yang memiliki kompetensi tinggi, di sisi lain, perbedaan UMK di Yogyakarta dan di Jakarta ( daerah industry ) cukup tinggi, sehingga lulusan yang memiliki kompetensi memilih bekerja di Jakarta, ditambah lagi perusahaan perusahaan besar sudah lebih dulu melalukan job fair atau seleksi ke daerah daerah untuk mencari calon SDM. Sehingga para lulusan SMK yang tidak diterima di perusahaan besar inilah yang menjadi SDM di perusahaan saya.
Berbekal keadaan yang ada, saya mencoba untuk lebih kenal dekat dengan sekolah yang ada di sekitar Yogyakarta untuk kami ajak Kerjasama, dengan saya mulai menawarkan diri menjadi pengajar, sehingga saya lebih dapat mengenalkan perusahaan saya kepada para siswa yang akan menjadi calon SDM di perusahaan saya. Serta kami dapat bekerjasama dengan menggunakan fasilitas sekolah untuk memproduksi produk produk saya dan dikerjakan oleh para siswa, sehingga ada pengalaman yang menyenangkan saat melakukan interaksi dengan para siswa, sehingga dengan lebih mudah untuk mengajak para siswa setelah lulus untuk bergabung di perusahaan saya.
Kegiatan ini saya mulai sejak tahun 2000, sampai hari ini kami terus melakukan Kerjasama ini. Ada sekita 62 SMK dari seluruh Indonesia telah melakukan MoU dengan kami. Berbagai kegiatan seperti, Prakerin, Guru Tamu, Pelatihan Guru, penyelarasan kurikulum. Setiap tahun kami menerima lebih dari 1000 siswa berkunjung di perusahaan saya ( kunjungan industri ) dan sekitar 200 siswa setiap tahunnya melaksanakan Prakerin di perusahaan saya. Ini sebagai salah satu kesempatan saya untuk bisa berbagi dengan Sekolah, karena kami telah banyak mendapat kontribusi dari para lulusannya , dalam mengembangkan perusahaan saya sampai hari ini. Saat ini ada sekitar 500 karyawan yang bekerja di perusahaan saya dan sekitar lebih dari 95% adalah lulusan sekolah Vokasi.
Hal apa saja yang sudah anda lakukan dalam hal vokasi selama 5 tahun terakhir?
Sudah cukup banyak hal yang kami lakukan untuk membangun pendidikan vokasi. Antara lain: pendamping SMK Pusat Keunggulan, sinkronisasi kurukilum, menjadi guru tamu di sekolah, hibah peralatan ke sekolah, dan sebagainya.
Selain itu masih ada banyak lagi kerjasama yang terhalin dengan beberapa stakeholder vokasi:
- MoU dengan 62 SMK , dari seluruh Indonesia
- MoU dengan 16 Politeknik, dari seluruh Indonesia
- Prakerin Siswa, selama 5 sd 12 bulan
- Kunjungan industri, sekitar 1000 siswa per tahun
- Pelatihan guru serta dosen di YPTI
- Pendampingan program Pemadanan SMK
Seperti apa pendidikan vokasi yang ideal di mata anda?
Pada dasarnya, Pendidikan seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan. Senang berteman, mendapat ilmu dan membuat bersemangat untuk datang Kembali ke sekolah, karena hal hal yang menarik setiap harinya.
Sehingga idealnya adalah sekolah vokasi adalah tempat yang menyenangkan untuk mendapatkan pengalaman, ilmu dan yang lainnya. Kalua siswa senang dan nyaman , siswa akan muncul daya kreatifitasnya dan passion-nya. Sehingga pola pembelajarannya akan secara otomatis siswa akan melakukan sendiri tanpa di suruh suruh. Kalau kreatifitas dan passion siswa sudah muncul , maka prestasi siswa akan secara otomatis muncul.
- Sekolah dan lingkungannya , harus bersih dan rapi
- Peralatannya lengkap dan menarik
- Materi pembelajarannya , menyenangkan sehingga membuat siswa betah
- Tenaga pendidiknya , kreatif dan penuh daya untuk memotivasi siswa
Apa yang menjadi tantangan bagi pendidikan vokasi di Indonesia?
Fakta bahwa sekolah vokasi bukan pilihan utama tidak bisa dibantah. Pandangan masyarakat sekolah vokasi tidak berkelas/kurang mendapat tempat jelas menjadi tantangan. Inputnya siswa kurang sesuai minat bakat, padahal ini penting.
Kemudian cara seleksi masih menggunakan nilai raport dan NEM. Seharusnya tes minat bakat dan ketrampilan yang dijadikan acuan.
Lalu masih ditambah lagi adanya masalah tentang minimnya fasilitas, sekolah dan lingkungan yang kurang nyaman, serta peralatan kurang mendukung pembelajaran.
Terakhir adalah kendala berupa tenaga pendidik yang kurang pengetahuan, atau tidak punya pengalaman & ketrampilan di lapangan, dan tidak menjiwai profesi pendidik. Sehingga yang ada pada akhirnya, mohon maaf, terkesan seperti asal kerja.
Dari kacamata sebagai pengusaha, apa harapan terbesar anda untuk pendidikan vokasi di Indonesia?
Perusahaan untuk bisa bertahan dan berkembang pada akhirnya harus menghasilkan keuntungan supaya bisa berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan , berbagai aspek, seperti , tehnologi, organisasi/manajemen, system informasi dan SDM. SDM menjadi peran penting untuk sebuah perusahaan. Untuk itu perusahaan membutuhkan SDM yang kompeten ( Skill, Kompetensi dan Atitude/Sikap ).
Tugas dunia pendidikan menyiapkan SDM yang siap memasuki dunia kerja. Sedang dunia usaha adalah menyiapkan masa depan bagi karyawannya. Supaya perusahaan bisa sustain/berkelanjutan membutuhkan kontribusi SDM yang kompeten. Harapan Perusahaan adalah mendapatkan SDM yang kompeten sehingga dapat mengembangkan perusahaan , dan perusahaan dapat memberikan lapangkan pekerjaan secara berkelanjutan, sehingga pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kalau masyarakatnya semua bekerja sesuai komptensinya, saya yakin bangsa ini akan maju dan sejahtera.
Harapan kami, sekolah vokasi dapat menghasilkan SDM yang kompeten.
Penyunting Naskah
Saga Iqranegara
Komite Tetap Industri Digital Kreatif, KADIN DIY