Jl. Bukit Darmo Raya No 1, Graha Famili Surabaya
+62 (31) 7349231
kadinjatim.sekretariat@gmail.com

Pelatihan Vokasi yang Baik Melalui Implementasi ’’Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja’’

VOKASI.NET, 14/02/2023 – Pendidikan dan pelatihan vokasi menjadi bagian penting pengembangan SDM di perusahaan. Untuk itu pemerintah bersama KADIN Indonesia terus menerus mendorong perusahaan melalui para pelaku pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan melakukan perbaikan agar pelatihan vokasi berjalan dengan baik dan benar, sehingga tujuan pelatihan tercapai.

Kelemahan pelatihan vokasi banyak ditemukan pada waktu pelatihan yang sebenarnya, atau waktu pembelajaran dan pelatihan kerja di lapangan. Kelemahan terletak pada teknik pelatihanya. Rata-rata pelatih tempat kerja belum bisa mengajar dengan baik, sehingga berdampak pada lemahnya KSA (Knowledge, Skill dan Attitude) anak didik yang pada akhirnya berpengaruh pada kualitas kompetensinya. Melaksanakan pembelajaran di tempat kerja yang baik adalah mengajar dengan melibatkan semua aspek ranah pembelajaran, yang terdiri dari;

 Afektif: yaitu ranah yang berkaitan dengan sikap, watak, perilaku, emosi, minat dsb. Sebagai contoh: menerima, menanggapi, merespon, bertanya pada waktu pelatihan 

Kognitif: yaitu ranah mental yang membuat peserta bisa menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan sesuatu, sehingga peserta mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap tentang sebab dan akibat tentang pekerjaanya. Sebagai contoh: mengingat, memperhatikan, merencanakan, merasakan, mempertimbangkan, dll.

Psikomotorik: yaitu keterampilan/skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Mengajar dan melatih suatu pekerjaan tidak hanya menyangkut satu ranah pembelajaran, tetapi pelatih harus dapat mentransformasikan pekerjaan tersebut ke semua ranah, serta menavigasikan antara ranah satu ke ranah lainnya.

Sebagai contoh pelatih mengajarkan bagimana mempersiapkan daging untuk memasak rendang. Pelatih mengajarkan memotong daging dan anak didik melakukan apa yang diajarkan pelatih. Pelatih melihat dan meyakinkan beberapa kali dan menilai anak didik sudah bisa memotong daging atau belum. Ini yang sering terjadi dalam pelatihan dimana pelatih hanya melihat ranah psikomotorik saja, Bila ini dilakukan tidak ada bedanya orang dengan robot, yang hanya melakukan sesuatu sesuai dengan program pembuatnya.

Prinsip Penting Mengajarkan Pekerjaan

Pelatih biasanya mengajarkan apa yang ada di dalam SOP atau instruksi kerja secara bertahap. SOP sendiri kadang-kadang tidak bisa menjelaskan secara rinci kedalaman tentang pekerjaan tersebut. Selain itu cara mengajar yang digunakan pelatih adalah cara instan yang hanya melihat dari fisik atau psikomotoriknya saja. Akibatnya ada yang bisa bekerja tetapi tidak memahami hakekat mengenai apa yang mereka kerjakan.

Ada satu cerita yang menarik dari seorang turis. Turis tersebut melihat di negara A, ada orang sedang bekerja membangun rumah. Dia menghampiri orang tersebut dan bertanya ’’Maaf bapak sedang mengerjakan apa?’’ Orang tersebut menjawab ’’Sedang pasang batu’’. Oooo..berapa bayaran bapak? Dia menjawab ’’Rp. 150.000 perhari’’

Di negara B, turis tersebut juga bertemu dengan orang yang sedang bekerja membangun rumah, kemudian menghampiri dan bertanya ’’Maaf bapak sedang apa?’’ Orang tersebut menjawab ’’Sedang pasang fondasi untuk rumah’’, oooo..berapa bayaran bapak? Dia jawab ’’Rp. 300.000 perhari’’

Di negara C, turis tersebut juga bertemu orang yang sedang bekerja membangun rumah, kemudian menghampiri dan bertanya ’’Maaf bapak sedang mengerjakan apa?’’ Orang tersebut menjawab ’’Sedang membuat fondasi untuk rumah anti gempa 2 lantai, saya harus jamin kalau ada gempa rumah ini tetap aman’’. Oooo..berapa bayaran bapak? Dia menjawab ’’Rp. 500.000 perhari’’

Cerita tersebut menggambarkan tentang pemahaman bekerja yang berbeda beda. Pertama menggambarkan orang yang bekerja tetapi tidak memahami apa yang mereka kerjakan. Orang kedua menggambarkan orang bekerja yang mulai mengerti tentang pekerjaanya Orang ketiga menggambarkan orang yang sangat paham pekerjaanya dan untuk apa mereka melakukan pekerjaan tersebut. Jumlah pembayaran adalah gambaran peringkat kompetensinya.

Dalam mengajarkan pekerjaan sebaiknya aspek Afektif, Kognitif dan Psikomotorik harus disentuh semua. Belajar dari JI (Job Instruction) bagian dari materi TWI (Training Within Industri), mengajar kerja harus menjelaskan paling tidak 3 hal;

  1. Apa yang harus dikerjakan (What to do)

Sebagai gambaran What to do sama dengan ranah Psikomotorik, pelatih mengajarkan tentang pekerjaan secara harfiah, tentang apa yang perlu dikerjakan. Biasanya berupa perintah pengambilan, penyetelan, pemasangan, pemeriksaan, dan lainya secara berurutan. Sebagai contoh memotong daging untuk membuat rendang, pasti ada urutan pekerjaannya atau langkah langkahnya; 1.Ambil daging, 2.Taruh di talenan, 3.Ambil pisau, 4.Potong daging, dan seterusnya.

  1. Bagaimana melakukanya (How to do)

Ini berkaitan dengan ranah Afektif yang berkaitan dengan minat dan sikap kerja. Di setiap langkah kerja pasti ada cara atau metodenya dan pelatih juga harus mengajarkan ranah ini. Tanpa diajarkan ranah ini, anak didik hanya akan berhenti di contoh pertama tukang batu.

Di ranah ini pelatih harus menjelaskan secara rinci bagaimana melakukan pekerjaan tersebut, contoh langkah ke 4 pekerjaan potong daging di atas. Potong daging, banyak hal yang perlu dijelaskan bagaimana melakukanya, standarnya (besar potongan, jarak pisau dengan tangan, menggerakkan pisau, memeriksa hasil potongan, dan lain lain)

Mengajarkan metode kerja tidak boleh menggunakan kalimat yang bias dan multi tafsir. Jika ada hal yang sulit dijelaskan dengan kata kata, sebaiknya pelatih memberi contoh mana yang benar dan mana yang salah. Kalimat ’’hati-hati menggunakan pisau!!’’ adalah contoh yang bisa diterjemahkan berbeda dan multi tafsir. Seperti apa hati-hati itu? Akan lebih baik diberi contoh bagaimana menggunakan pisau yang aman. Di TWI dijelaskan bahwa 15% pekerjaan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata atau tulisan, seperti hati-hati, putar begini, pelan-pelan, disiplin, teliti, sehingga perlu memberi contoh dan mencoba sampai peserta paham dan mampu.

  1. Mengapa dilakukan (Why to do)

Why to do sama dengan Kognitif, didalamnya mengandung alasan atau tujuan. Bila ada cara yang dibahas, pasti ada alasan atau tujuan mengapa caranya seperti itu? Pelatih harus bisa menjelaskan alasan tersebut. Untuk apa dan untuk siapa mereka membuat rendang, mengapa potongan dagingnya 40mm x 30mm x 10mm misalnya. Tanpa ada alasan atau tujuan yang jelas, anak didik juga tidak akan bisa bekerja sebagai manusia secara holistik.

Alasan atau tujuan sangat penting dipahami dalam rangka pelatihan vokasi. Alasan dapat berupa akibat yang timbul bila tidak mengikuti metode atau cara tersebut. Sebagai contoh langkah ke 4. Pekerjaan potong daging. How to do nya adalah besarnya potongan 40mm x 30mm x 10mm. Why to do nya adalah menjelaskan bila potongan terlalu besar cost tinggi, dimasaknya lama, daging tidak matang, bumbu tidak meresap, dan lain-lain. Intinya potensi dampak atau akibat dari pekerjaan yang salah harus dipahami dan dijelaskan oleh pelatih.

Dengan penjelasan tersebut anak didik akan paham pekerjaanya secara keseluruhan dan menyadari bila melakukan penyimpangan akan berakibat masalah dihasil kerjanya. Dan masalah tersebut akan mengalir menjadi tanggung jawabnya. Orang yang mengerti akibat dari kesalahan kerja, akan lebih baik hasil kerja dan tanggung jawabnya dibandingkan dengan orang yang tidak mengerti akibatnya bila mereka salah.

   

Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja

Seorang pelatih pemula sebaiknya merencanakan dengan baik apa yang akan dilatih ke anak didiknya, dengan membuat Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja. Di rencana ini pelatih harus bisa mendeskripsikan apa yang akan dilatih dengan lebih rinci dan lengkap. (What to do, How to do dan Why to do nya). Rencana ini perlu dibuat agar tidak ada hal penting yang terlewat dan tidak diajarkan atau tidak dijelaskan kepada peserta.

Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja ini bukan untuk anak didik, tetapi digunakan oleh pelatih sendiri sebagai catatan hal-hal penting yang perlu diajarkan kepada peserta. Bahasa atau catatan yang digunakan adalah bahasa yang dimengerti oleh pelatih sendiri, supaya dapat dikembangkan pada waktu digunakan nanti. Sebagai contoh bagaimana membuat Rencana Pengajaran Kerja memotong daging untuk membuat rendang.

Sebelum menjelaskan teknis pekerjaan, pelatih wajib menjelaskan produk yang akan dibuat secara rinci, diantarnya ;

Apa nama masakan/produk yang akan dibuat? Rendang itu apa? Tujuan memasak rendang untuk apa? Standar yang perlu dipahami apa saja? Bagaimana tahapan membuatnya? dan lain-lain. Hal ini perlu dijelaskan agar anak didik memahami secara detail pekerjaanya, termasuk masalah yang terkait dengan tanggung jawab untuk memuaskan pelanggan.

Contoh Form Rencana Pengajaran Kerja

Proses: Memasak Rendang daging sapi. Pekerjaan: Memotong daging (dari SOP no XXXX-ZZZ)

  • Langkah Penting

Atau What to do, adalah langkah kerja yang diperlukan dalam memotong daging. Pengertian yang perlu untuk disampaikan adalah bahwa langkah kerja tersebut merupakan bagian penting dari aktivitas memotong daging, yang menjadi wajib untuk dikontrol. Karena langkah ini bisa menimbulkan masalah pada biaya, kualitas, produktivitas, keselamatan dan higienis sehingga perlu diajarkan kepada anak didik.

  • Cara melakukan

Atau How to do, adalah cara atau metode yang perlu dijelaskan waktu mengajar. Cara melakukan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus disampaikan dengan contoh dan praktik sampai anak didik dinilai dapat melakukannya dengan baik dan benar. Untuk pelatihan vokasi jangan sekali kali berasumsi bahwa anak didik sudah mengerti dan tidak perlu diajarkan lagi. Asumsi ini berpotensi bisa berakibat fatal. Lebih baik menggunakan asumsi bahwa semua anak didik belum mengerti dan perlu belajar lebih mendalam.

Cara melakukan adalah kunci penting (key point) untuk menjamin tidak timbulnya masalah terkait biaya, kualitas, produktivitas, keselamatan dan higienis bila dilakukan dengan benar.

  • Akibat jika tidak sesuai

Atau Why to do, adalah alasan-alasan mengapa suatu pekerjaan dilakukan dan mengapa dengan cara tertentu dilakukannya. Jika ada langkah penting dan ada cara melakukan pekerjaannya, maka pasti ada alasan mengapa melakukanya seperti itu.

Alasan sebaiknya berupa akibat atau konsekuensi yang negatif. Narasi negatif lebih mendorong peserta latih untuk mengingat akibatnya. Sedangkan narasi positif mendorong peserta latih mengingat tujuanya. Sebagai contoh untuk mengatur jarak pisau dengan jari 3 mm, akibat yang timbul bila tidak dipatuhi berpotensi jari kena pisau (negatif). Sebaiknya pelatih konsisten dalam menggunakan narasi negatif atau positif, agar anak didik tidak bingung.

 

Penggunaan Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja

Gunakan Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja ini sebagai catatan penting dalam mengajar vokasi, karena tenaga kerja yang kompeten harus tahu pekerjaanya secara mendalam. Ini termasuk basic philosophy dalam bekerja yaitu harus paham apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukanya dan mengapa itu dilakukan.

Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja adalah catatan yang hidup/dinamis dan mungkin terus berkembang sesuai dengan kebutuhan kedalaman pengetahuan yang diperlukan pekerjaan tersebut. Apabila setelah digunakan ternyata ada yang perlu diperbaiki, maka sebaiknya secepatnya diperbaiki dan diajarkan secara konsisten menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk memastikan bahwa Skill, Knowledge dan Attitude dapat dipenuhi, sehingga membentuk tenaga kerja kompeten secara utuh.

Ada hal positif bagi para Pelatih Vokasi atau Pelatih Tempat Kerja, dengan membuat Rencana Pengajaran dan Pelatihan Kerja yaitu pelatih juga akan belajar menggali lebih dalam tentang apa saja masalah yang timbul dalam bekerja yang kadang belum dapat ditangkap. Selain itu pelatih juga dapat melakukan pencegahan agar tidak terjadi melalui pelatihan yang lebih baik. Selamat belajar dan terus mencoba apa yang anda anggap baik.

Soen HS

Pelatih Vokasi KADIN Indonesia

Leave a Reply