Jl. Bukit Darmo Raya No 1, Graha Famili Surabaya
+62 (31) 7349231
kadinjatim.sekretariat@gmail.com

Meretas Stereotip: Mengapa Inklusi Gender di STEM Harus Jadi Prioritas di Indonesia dan Bagaimana Pendidikan Vokasi Bisa Jadi Kunci

Mengapa Inklusi Gender di STEM Itu Penting?

STEM—Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika—adalah pilar penting dalam mendorong inovasi dan kemajuan teknologi di dunia modern. Namun, baik di Indonesia maupun di banyak negara lain, bidang ini masih didominasi oleh laki-laki. Data dari National Science Foundation di Amerika Serikat menunjukkan bahwa meskipun jumlah perempuan yang memiliki gelar sarjana di bidang teknik telah meningkat dalam 20 tahun terakhir, angka ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan laki-laki.

Kesenjangan ini juga terlihat dalam dunia kerja STEM di Amerika Serikat, di mana menurut American Association of University Women, hanya 28 persen perempuan yang bekerja dalam bidang ini. Di Indonesia, situasi serupa terjadi—partisipasi perempuan dalam dunia kerja STEM masih jauh tertinggal dibandingkan dengan laki-laki. Ketidakseimbangan ini tidak hanya merugikan keadilan sosial, tetapi juga menutup potensi besar yang dapat membawa perubahan signifikan dalam perkembangan ekonomi dan sosial kita.

Bayangkan jika kita dapat mengintegrasikan perspektif perempuan dalam pengembangan teknologi, penelitian sains, atau inovasi teknik. Keberagaman gender dapat menghadirkan ide-ide baru yang mendorong kolaborasi lebih baik dan solusi yang lebih inovatif. Data UNESCO menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam STEM tidak hanya memperkaya diskusi, tetapi juga menghasilkan produk dan kebijakan yang lebih inklusif dan berdampak luas.

Apakah Isu Gender di STEM Relevan di Indonesia?

Di Indonesia, STEM masih sering dianggap sebagai bidang yang lebih cocok untuk laki-laki. Stereotip ini sudah mendarah daging dan sulit diubah, terutama di kalangan masyarakat dan institusi pendidikan. Namun, dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja yang ahli di bidang ini, mengabaikan setengah dari populasi—yakni perempuan—adalah sebuah kesalahan besar.

Pemerintah dan beberapa organisasi telah mulai menggarap isu ini dengan meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan partisipasi perempuan di STEM. Namun, tanpa perubahan mindset yang lebih luas, usaha ini hanya akan menjadi langkah kecil yang tidak cukup efektif. Di sinilah peran pendidikan vokasi menjadi sangat penting.

Bagaimana Peran yang Bisa diambil oleh Pendidikan Vokasi ?

Pendidikan vokasi menawarkan jalur cepat bagi banyak orang untuk langsung terjun ke dunia kerja dengan keterampilan yang relevan dan praktis. Dengan potensi ini, pendidikan vokasi memiliki peran strategis dalam membuka pintu bagi lebih banyak perempuan untuk masuk dan berkembang di bidang STEM.

1. Menyusun Kurikulum yang Merangkul Semua Gender

Kurikulum yang tidak hanya fokus pada aspek teknis tetapi juga sensitif terhadap perbedaan gender adalah kunci keberhasilan. Menghadirkan contoh-contoh sukses dari perempuan di STEM, menyajikan studi kasus yang inklusif, dan melatih pengajar untuk menghindari bias gender dapat membuat perempuan merasa lebih diterima dan termotivasi untuk berkarir di bidang ini.

2. Meningkatkan Akses dan Kesempatan bagi Perempuan

Tidak cukup hanya menyediakan pendidikan; kita juga harus memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang setara. Beasiswa khusus, pelatihan keterampilan modern, dan program mentoring yang mendukung perempuan adalah beberapa cara efektif untuk membuka lebih banyak peluang. Lembaga pendidikan vokasi perlu aktif dalam menawarkan dukungan ini, termasuk melalui jaringan magang dan kerja yang inklusif.

3. Kolaborasi dengan Industri

Kerjasama antara pendidikan vokasi dan industri sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kesetaraan gender. Industri dapat berperan dengan menyediakan pelatihan, beasiswa, dan kesempatan kerja yang inklusif. Lebih dari itu, kampanye kesadaran publik yang digagas bersama dapat membantu mengubah persepsi tentang perempuan di STEM.

Contoh Sekolah yang Menerapkan Inklusi dan Kesetaraan Gender di STEM: SMK Negeri 26 Jakarta

SMK Negeri 26 Jakarta adalah salah satu sekolah vokasi yang telah menerapkan inklusi dan kesetaraan gender dalam pendidikan STEM. Sekolah ini tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan teknis siswanya tetapi juga secara aktif mendorong partisipasi perempuan dalam program-program berbasis STEM. Salah satu program unggulannya adalah Girls in STEM, yang dirancang untuk memberdayakan siswa perempuan dengan memberikan mereka akses ke pelatihan khusus, mentorship, dan kesempatan magang di perusahaan teknologi.

Selain itu, SMK Negeri 26 Jakarta juga melibatkan siswa perempuan dalam berbagai kompetisi teknologi, seperti lomba robotika dan pengembangan aplikasi, yang sebelumnya dianggap sebagai bidang yang didominasi oleh laki-laki. Melalui inisiatif ini, sekolah telah berhasil meningkatkan jumlah siswi yang tertarik dan berprestasi di bidang STEM, menunjukkan bahwa ketika diberikan dukungan yang tepat, perempuan dapat bersaing dan unggul dalam bidang ini.

Telkom Indonesia: Mendorong Kesetaraan Gender di Sektor Teknologi

Salah satu contoh sukses penerapan kesetaraan gender di Indonesia adalah PT Telkom Indonesia. Perusahaan ini telah mengambil langkah konkret untuk mendorong peran perempuan di bidang teknologi. Program Women Empowerment and Leadership yang mereka jalankan bukan hanya sebuah inisiatif, tetapi sebuah gerakan nyata yang membuktikan bahwa perempuan bisa dan layak menjadi pemimpin di sektor ini.

Telkom menyediakan ruang bagi perempuan untuk berkembang dengan fasilitas yang ramah keluarga, fleksibilitas kerja, dan pelatihan kepemimpinan yang inklusif. Ini bukan hanya teori, tetapi fakta bahwa Telkom telah berhasil meningkatkan representasi perempuan di posisi strategis, terutama di bidang STEM.

Inspirasi dari Tri Mumpuni: Energi Perubahan di Tangan Perempuan

Tri Mumpuni adalah contoh inspiratif perempuan yang berani menerobos batasan gender di STEM. Sebagai insinyur elektro, ia mendirikan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), yang membawa listrik ke desa-desa terpencil melalui pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Prestasinya menunjukkan bahwa ketika perempuan diberi kesempatan dan dukungan, mereka bisa menjadi agen perubahan yang signifikan, tidak hanya di komunitas mereka, tetapi juga di seluruh negeri.

Penutup: Saatnya Membuka Jalan untuk Generasi Perempuan di STEM

Inklusi dan kesetaraan gender di bidang STEM bukan lagi hanya sebuah isu, tetapi kebutuhan mendesak yang harus diangkat di Indonesia. Data dari Amerika Serikat memperlihatkan bahwa kesenjangan gender di STEM adalah masalah global, dan Indonesia tidak terkecuali. Dengan pendidikan vokasi yang inklusif dan strategi yang tepat, kita bisa membuka pintu lebih lebar bagi perempuan untuk berkontribusi dalam pembangunan teknologi dan ekonomi Indonesia. Mari kita pastikan bahwa tidak ada bakat yang terlewatkan hanya karena mereka perempuan.

Referensi

  1. National Science Foundation. (2022). Women, Minorities, and Persons with Disabilities in Science and Engineering: 2022. Arlington, VA: National Science Foundation.
  2. UNESCO. (2017). Cracking the Code: Girls’ and Women’s Education in STEM. Paris: UNESCO Publishing.
  3. Badan Pusat Statistik. (2022). Statistik Pendidikan Indonesia. Jakarta: BPS.
  4. American Association of University Women. (2023). The STEM Gap: Women and Girls in Science, Technology, Engineering, and Mathematics. Washington, DC: AAUW.
  5. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2023). Program Beasiswa Pendidikan Vokasi. Jakarta: Kemendikbudristek.
  6. World Economic Forum. (2021). Global Gender Gap Report 2021. Geneva: World Economic Forum.
  7. Telkom Indonesia. (2023). Women Empowerment and Leadership Program. Jakarta: PT Telkom Indonesia.
  8. Tri Mumpuni. (2020). Energi untuk Kehidupan: Kisah Tri Mumpuni Membangun Negeri dengan Energi Terbarukan. Jakarta: Pustaka.

Leave a Reply