Jl. Bukit Darmo Raya No 1, Graha Famili Surabaya
+62 (31) 7349231
kadinjatim.sekretariat@gmail.com

Karakter Pekerja “Istimewa” Indikator Penanda Kualitas Pekerja DIY

“Jangan hanya bekerja hanya untuk menyelesaikan pekerjaanmu. Tapi bekerjalah untuk meningkatkan ilmumu (kompetensi), menambah relasimu, dan membuat orang lain terbantu atas hasilmu.”

Karakter menjadi hal penting dalam peningkatan kualitas SDM di Yogyakarta. Meskipun dari sisi pengetahuan dan teknis keterampilan kompetensi telah dicapai, namun peran karakter sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Dan di DIY, effort atau daya juang pekerjanya terus didorong untuk selalu ditingkatkan!

Namun demikian, membentuk karakter tidak cukup sehari dua. Atau sekejap kedipan mata. Atau secepat membalikkan telapak tangan. Karakter dituntun dan dibangun dalam jangka yang cukup Panjang. Membutuhkan hasil kajian, kemudian disusun sebuah grand design, roadmap dan action plan yang terukur.  Dan perlu diimplementasikan terus menerus. Mulai dari pikiran, perilaku, tindakan dan pembiasaan berulang. 

Pengetahuan dan keterampilan dapat dipelajari, namun karakter mesti ala bisa karena biasa. Di era kini, banyak Perusahaan mensyaratkan karakter menjadi salah satu factor utama dalam proses rekrutmen karyawan baru. Gap kompetensi dapat diatasi dengan program Pendidikan dan pelatihan teknis. Namun, gap karakter seperti budaya kerja, budaya perusahaan, ekosistem dalam perusahaan, tingkat kedisiplinan, tingkat kepatuhan dan loyalitas, serta masih banyak hal lainnya hendaknya sudah dibina sejak masa sekolah.

Etos Kerja ala Jepang
Kemampuan Jepang bangkit! patut diapresiasi banyak negara dan menjadi rujukan pula. Sebagai salah satu negara maju yang gencar memanfaatkan teknologi guna memudahkan pekerjaan sehari-hari, Jepang ternyata masih menjaga betul kebudayaan yang dimilikinya. 

Kebiasaan masyarakat Jepang dalam mempraktikkan etos kerja dan prinsip hidup memang tiada duanya. Terbukti Jepang termasuk sebagai salah satu negara yang digadang-gadang memiliki masyarakat dengan etika dan semangat kerja paling baik di dunia. Terdapat 5 Filosofi prinsip hidup dan etos kerja yang umumnya dimiliki oleh masyarakat Jepang.

Kelima jenis filosofi tersebut diberi nama Kaizen, Meishi Kokan, Bushido, Ganbatte, dan Keishan. Tentunya, setiap filosofi tersebut memiliki arti yang untuk diterapkan dalam bidang apapun. Terutama dalam hal pekerjaan. 

Kaizen misalnya, sebenarnya lebih identik dengan konteks bisnis, bahwa harus terus melakukan pengembangan serta evaluasi secara kontinyu. Meishi Kokan, adalah Ritual Saling Tukar Kartu Nama untuk Menjaga Hubungan yang Profesional. Intinya adalah relasi dibangun dengan sikap profesionalisme. 

Secara singkat, bushido adalah tata cara untuk menjadi seorang ksatria di Jepang pada masa samurai dulu. Namun, prinsip tersebut ternyata masih relevan dan bisa diterapkan untuk di kehidupan modern seperti sekarang ini.  Dalam menerapkan prinsip bushido, terdapat 7 nilai penting yang harus dipahami. Poin-poin tersebut adalah kenning yang berarti ketekunan atau kegigihan, shinnen atau keyakinan pada kemampuan diri, dan shinco yang berarti kebijaksanaan dan kepedulian. Selain itu, ada pula seigi, yakni kebenaran dan keadilan, sessei yang berarti kesederhanaan dan seimbang, jizen atau perbuatan baik serta amal, dan nilai yang terakhir adalah kibo yang memiliki arti sebagai harapan dan sikap optimis.

Sedangkan prinsip ganbatte ini membuat orang Jepang tidak akan menyerah menyelesaikan sesuatu hingga titik akhirnya. Maknanya, seseorang tidak akan bisa berkembang tanpa berusaha untuk menembus batasan yang dikira adalah titik puncak. Yang kelima adalah Keishan, Jangan Pernah Stop Mempelajari Hal Baru dan Mengasah Kreativitas!

Karakter Pekerja “Istimewa”
Pertanyaan yang patut dilontarkan untuk Yogyakarta adalah karakter pekerja seperti apa yang diharapkan para Dunia Usaha dan Dunia Industri (DuDi)? Di tengah serbuan gaya hidup Mager (Malas Gerak) dan Kaum Rebahan. 

Pentingnya membangun karakter pekerja yang “istimewa” yang merupakan penanda atas etos kerja, nilai-nilai filosofis yang harusnya digali, dikembangkan dan diamalkan dari dasar dan akar kebudayaan Yogyakarta itu sendiri.

Hal ini menjadi penting dirumuskan, untuk kemudian diimplementasikan pada Tri Pusat Pendidikan sebagaimana diajarkan Ki Hajar Dewantara. Yakni, di Sekolah, di Lingkungan Masyarakat, dan di dalam Keluarga. Sebelum mereka masuk pada dunia usaha.

Hal ini tentu saja untuk mengatasi problem pengangguran terdidik dan friksional, yang seringkali mempengaruhi postur ketenagakerjaan di DIY. Oleh karenanya, Kompetensi dan Karakter menjadi satu kesatuan dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas SDM untuk bisa diserap oleh Perusahaan. 

Kompetensi itu dapat dilatihkan agar SDM itu ahli dan mahir, namun Karakter harus dibentuk sejak dini. Maka keduanya harus seimbang. Maka karakter utama seperti Sawiji, Greget, Sengguh dan ora mingkuh dapat ditafsirkan dan diimplementasikan dengan sebuah gerakan budaya.

Dalam konteks ini perlu internalisasi Nilai Budaya Yogyakarta dalam Pembangunan Karakter Angkatan Kerja (Kearifan Lokal). Komite Vokasi dan Produktivitas Daerah (KVPD) DIY Bidang Karakter, dimana Penulis menjadi salah satu Tim Perumus Pembangunan Karakter Angkatan Kerja Istimewa telah Menyusun nilai-nilai dimaksud. Sawiji adalah adalah upaya untuk fokus pada tujuan secara terpadu dan terintegrasi. Greget adalah kegigihan dan kerja keras yang dinamis. Sengguh adalah kepercayaan diri dalam bertindak, namun tetap rendah hati meskipun telah mumpuni. Sedangkan Orang Mingkuh adalah tidak akan pernah mundur dalam menghadapi segala risiko terhadap mandat dan amanah pekerjaan yang telah diletakkan di atas pundaknya. 

Namun demikian, keempat nilai di atas masih berfokus pada karakter individu. Maka harus dibungkus dalam satu kesatuan karakter bersama yaitu apa yang dinamakan Golong Gilig. Sebagai satu kesatuan pikiran (visi dan misi) serta tindakan untuk mencapai cita-cita bersama (organisasi atau perusahaan). Saling bahu membahu dan gotong royong.

Sebenarnya lengkap sudah tata nilai Yogyakarta Istimewa yang merupakan kultur masyarakat yang mulai ditinggalkan. Maka coba kita aktifkan Kembali. Dan bisa menjadi daya saing!

 

Hazwan Iskandar Jaya, S.P., Med., Master Trainer ASEAN
Ketua Komite Tetap Sertifikasi Kompetensi KADIN DIY

Leave a Reply